Usaha da’wah dan tabligh merupakan satu bentuk pergerakan Islam yang cukup sangat dinamis di jaman sekarang ini. Tidak mungkin satu pergerakan tanpa mempunyai metodologi gerak secara ijtimaiyyah, termasuk juga kurikulum ataupun silabus pengajaran Al-Islam itu sendiri. Dan hal ini sudah menjadi hal yang umum dalam proses pengajaran memerlukan kurikulum dan silabus itu sendiri, dan dengan sendirinya akan juga berhubungan sumber-sumber buku yang menjadi bacaannya.
Kami yang sempat berhubungan perguruan tinggi dalam pengembangan kurikulum dan silabus, serta juga ma’had Islam sendiri, maka kurikulum dan silabus mempunyai peran yang cukup penting untuk mencapai tujuan yang hendak dicapainya dengan baik. Hal ini juga berlaku untuk usaha da’wah dan tabligh, begitupun juga kami kira dengan ma’had atau madrasah Islam lainnya.
Kitab-kitab yang ditulis para Ulama dulu sangat banyak sekali, dan tidak mungkin dapat dipelajari dan diajarkan seluruhnya kepada kaum muslimin. Sehingga diperlukan penyusunan yang bersesuaian dengan sasaran yang hendak dicapainya dalam pengajaran itu sendiri. Para Ulama yang berkecimpung dalam usaha da’wah dan tabligh sendiri banyak menulis kitab-kitab yang cukup tebal, TETAPI tidak semua bacaan itu menjadi bahan bacaan secara ijtimaiyyah. Bahkan jika membawanya saja mungkin sudah cukup sulit ketika mengadakan khuruj.
Pengajaran yang ditekankan adalah untuk memahami bahwa kesuksesan dunia dan akherat jika mengikuti perintah Allah swt dan menjauhi apa yang dilarangnya, serta menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah SAW dalam kehidupannya secara 100%. Dan untuk memudahkan hal ini perlu dijelaskan perihal sifat-sifat utama yang dimiliki para Shahabat RA, dan ditekankan pada enam sifat utama. Sehingga pelajaran kisah-kisah Shahabat RA tentunya dengan Rasulullah SAW menjadi pelajaran yang sangat rutin.
KItab Hayatush Shahabat, susunan Maulana Yusuf Rah, merupakan kitab yang banyak dibaca ketika di malam markaz. Kitab ini terdiri dari 3 jilid tebal, mengisahkan perihal Rasulullah SAW dan para Shahabat RA dalam hal ibadah, da’wah, jihad, pengorbanan, ijtimatiyyah, belajar-mengajar, ikramul muslimin, akhlaq dsb. Dan khusus dalam bab pertama dijelaskan yang sangat penting yaitu ketaatan kepada Allah swt dan Rasulullah SAW, dan juga mengikuti para Shahabat RA.
Kitab hikayat para Shahabat, susunan Maulana Dzakaria Rah, kitab ini biasanya dibundle dalam kitab fadhoil amal. Kitab ini banyak dibaca kalau sedang keluar dan juga di rumah atau di masjid. Disamping itu terdapat beberapa kitab fadhilah yaitu Sholat, Dzikir, Quran, Tabligh, Ramadhan. Semuanya disatukan biasanya dalam kitab fadhoil amal. Tetapi bacaan kitab fadhilah Ramadhan, biasanya dilakukan ketika keluar di bulan ramadhan ataupun mau menghadapi bulan ramadhan.
Terdapat juga kitab Al-Muntakhabatul Hadist, susunan Maulana Yusuf Rah, merupakan kitab pilihan ayat dan hadist yang berkaitan dengan enam sifat Shahabat (enam prinsip). Disamping tersebut terdapat buku yang kadangkala dipergunakan ketika khuruj, kecuali di daerah timur tengah lebih banyak dipergunakan, kitab itu adalah Kitab Riyadhush Sholihin, susunan Imam Nawawi Rah.
Terdapat pelajaran yang sering diulang, kalaupun terdapat kitabnya tetapi kitab ini hampir tidak dibaca secara ijtimatiyyah tetapi dibaca secara infirodhiyyah, pelajaran ini adalah enam sifat Shahabat, juga ushul-ushul da’wah dan adab-adab Islam.
Ada juga kitab fadhilah Shodaqah dan Haji, disamping tersebut ada kitab fadhilah lainnya, fadhilah dagang, yang ditulis oleh Maulana Dzakaria, ataupun perihal kajian terhadap pendalaman da’wah dalam kerja da’wah dan tabligh, bahkan terdapat beberapa buku yang ditulis oleh para ustadz di Indonesia. Tetapi hal itu bukan menjadi sebuah bacaan yang bersifat ijtima’iyyah, tetapi infirodhiyyah. Artinya belum tentu ahli da’wah sendiri mempunyai buku-buku itu.
Bacaan Ijtimaiyyah hampir sama ketika khuruj, ataupun di rumah atau masjid. Tetapi pelajaran infirodhiyyah merupakan bacaan untuk meningkatkan kualitasnya sesuai dengan kemampuan dan keinginannya. TENTUNYA seseorang yang mempelajari bacaan buku-buku secara individu ini akan memberikan kesan secara langsung kepada jama’ah itu sendiri. Karena ketika bayan, ataupun taqrir, seseorang yang mempunyai pengetahuan dan pendalaman luas akan menyampaikannya sesuai dengan kepahamannya. TETAPI kerangkanya tidak keluar dari kerangka ijtimaiyyah.
Pelajaran Infirodhiyyah merupakan proses belajar-mengajar yang dilakukan atas kemampuan dan keinginan sendiri. Sehingga dapat saja seseorang mengikuti kurikulum atau silabus yang dibangun oleh satu ma’had yang lainnya, misalkan mengikuti pelajaran kitab shohih bukhari dan muslim, atau pelajaran fiqh Imam Syafi’I, dsb. Pelajaran ini akan menambah kepahaman dan kualitas sendiri dari yang mengikutinya.
Para Ulama yang menjalankan usaha da’wah ini cukup lama memahami bahwa ijtimaiyyah tidak dapat mengantikan infirodhiyyah, begitupun infirodhiyyah tidak dapat menggantikan ijtimaiyyah. Sehingga para ulama atau masyaikh da’wah mendorong untuk meningkatkan jiwa tholab dalam mencari ilmu, tetapi untuk ijtimaiyyah para Ulama melakukannya melalui musyawarah-musyawarah secara berkesinambungan dan tentunya perlu memperhitungkan dengan baik.
Kitab yang dibaca terutama ketika keluar/khuruj fi sabilillah, di masjid atau di rumah yaitu:
1.Bundel Buku-Buku Fadhilah Amal:
a.Fadhilah sholat, Maulana Dzakaria
b.Fadhilah dzikir, Maulana Dzakaria
c.Fadhilah quran, Maulana Dzakaria
d.Fadhilah tabligh, Maulana Dzakaria
e.Fadhilah ramadhan, Maulana Dzakaria
f.Kisah-kisah para Shahabat RA, Maulana Dzakaria
g.Keruntuhan Ummat Islam dan Cara Perbaikannya, Maulana Ihtisamul Hasan
2.Hayatush Shahabat, Maulana Yusuf (kitab 3 jilid tebal)
3.Kitab Hadits-Hadits Pilihan, Maulana Yusuf
4.Kitab Riyadhush Sholihin, Imam Nawawi
5.Fadhilah Haji, Maulana Dzakaria
6.Fadhiah Shodaqah, Maulana Dzakaria
Pengajaran melalui ta’lim fadhoil amal dan hayatush Shahabat memberikan pendekatan yang lebih mudah diserap oleh semua lapisan kaum muslimin. Tidak hanya untuk semua lapisan tertentu, misalnya hanya untuk kalangan penuntut ilmu atau santri madrasah, tetapi semua lapisan dapat melibatkan diri dengan baik, apakah itu pelajar, apakah itu petani, apakah itu pedagang, apakah itu dokter, dsb. Dan semua Nampak dengan jelas kalau kita melibatkan diri dalam usaha da’wah dan tabligh atau juga menghadiri ijtima’i-ijtima’I pertemuan yang dilaksanakan, semua lapisan kaum muslimin dapat melibatkan diri, atau juga ketika khuruj fisabilillah.
Biasanya jika semangat telah tumbuh, maka seseorang berusaha untuk meningkatkan kualitas pemahaman melalui kitab lainnya: kitab fiqh Islam, buku-buku berkaitan dengan usaha da’wah dan tabligh, do’a-do’a harian. Beberapa tulisan kecil yang sangat erat dengan usaha da’wah dan tabligh ini yang dapat meningkatkan pikir yaitu:
1.Keruntuhan Ummat Islam dan Cara Perbaikannya, Maulana Ihtisamul Hasan
2.Penderitaan Ummat dan Penyelesaiannya, Maulana Dzakaria
3.Perasaan Ummat seruan Maulana Yusuf
4.Sebuah Seruan Kepada Kaum Muslimin, pesan disampaikan Maulana Ilyas dalam konferensi seluruh Ulama Indoa dan pemimpin politik Muslim
5.Enam Prinsip Tabligh, Maulana Ishaq Elahi
6.Malfudhat Maulana Ilyas, Maulana Manzoor Nu’mani
Tulisan-tulisan di atas ini merupakan bahan bacaan infirodhiyyah, dan tidak dilakukan secara ijtimaiyyah. Disamping mungkin saja untuk meningkatkan kualitas pendalamannya, misalkan melalui kajian tafsir Quran, Syarh Hadits, dsb. Peningkatan infirodhiyyah tentunya akan banyak memberikan pengaruh ijtimaiyyah, begitupun ijtimaiyyah akan banyak memberikan dorongan terhadap infirodhiyyah.
Bagi kaum muslimin yang mempunyai kemampuan tentunya juga sebaiknya mempunyai kurikulum ataupun silabus untuk pendalaman-pendalaman Islam lainnya, sehingga pendalaman tersebut mempunyai arah dan sistematika yang jelas dan beraturan. Dan beberapa kitab perihal Ilmu selalu menjelaskan kurikulum dan silabus pengajaran Islam dengan baik, hal ini untuk menghindari pengajaran yang tidak beraturan dan tidak terstruktur.
Meskipun seperti itu sasaran utama dari ta’lim wat ta’allum dalm usaha da’wah dan tabligh ini adalah bagaimana menghidupkan amal agama 100% dalam kehidupan kita sebagai muslim. Bukan menjadikan buku-buku itu sebagai tumpukan yang tidak ada artinya, jangan sampai seperti perumpaan keledai yang membawa tumpukan kitab yang tidak memberikan kesan sama sekali.
Sekian penjelasan dari analisa dan sintesa kami pribadi berkaitan dengan Kurikulum Pengajaran melalui ta’lim fadhoil amal dan hayatush Shahabat, dan juga berkaitan dengan usaha da’wah dan tabligh juga. Kami akan lanjutkan dalam tulisan lainnya, beberapa pesan yang disampaikan maulana Ilyas Rah yang berkaitan dengan ilmu. Sehingga kita kaum muslimin dapat memperhatikan hikmah yang terkandung di dalamnya.
Terimakasih
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar