Kamis, 14 Mei 2009

Kenapa Tidak Membaca Kitab Hadits Shohih Bukhari dan Muslim?

Di kalangan penuntut ilmu sering muncul pertanyaan ataupun bahkan pernyataan kenapa tidak saja menggunakan kitab hadits bukhari dan muslim daripada menggunakan kitab fadhoil amal. Apalagi kedua kitab ini mempunyai bobot yang cukup tinggi. Para ulama sangat kenal benar dengan kedua kitab ini, dan merupakan sumber rujukan yang tidak ada taranya. Kedua kitab ini juga merupakan rujukan dari kitab fadhoil amal sendiri. Kami pribadi mempunyai kedua kitab itu serta juga syarahnya yang disusun oleh Ulama yang sangat dikenal, seperti Imam Nawawi, Imam Ibnu Hajar Asqolani.
Kita kadangkala kurang memperhatikan pandangan-pandangan lain ketika kita memberikan pandangan ataupun pernyataan itu. Oleh karena itu sebaiknya kaum muslimin, terutama kalangan penuntut ilmu, dapat juga memperhatikan pandangan terhadap satu perkara, sehingga kaum muslimin terhindari dari penilaian-penilain yang kurang tepat, bahkan terhindar dari perkara meremehkan dan merendahkan kaum muslimin lainnya.
Mari kita perhatikan dengan dengan pertanyaan di atas. Sebelumnya kita perlu mengetahui apa tujuan utama dari pelajaran fadhilah amal ini. Pelajaran utama dari fadhilah amal ini adalah untuk selalu mengetahui kelebihan-kelebihan amal, dan mengetahui jaminan-jaminan Allah swt dan juga Rasulullah SAW terhadap orang yang mengamalkan amal Islam dan bagaimana akibatnya dengan yang meninggalkan amal Islam itu. Sehingga timbul dorongan yang berkelanjutan untuk menjaga amal Al-Islam itu sendiri.
Kitab fadhoil amal ini merupakan kumpulan dari beberapa buku fadhilah yang dijadikan satu, dan salah satunya di dalamnya terdapat buku yang secara khusus untuk kisah-kisah para Shahabat RA disamping kisah Nabi kita, Nabi Muhammad SAW. Dan kisah-kisah ini perlu sering dibaca untuk menumbuhkan semangat ataupun acuan bahwa contohan dan tauladan itu adalah Nabi Muhammad SAW dan para Shahabat RA. Dan kesuksesan hidup di dunia dan di akherat itu jika mengikuti Nabi Muhammad SAW seperti para Shahabat RA yang mengikuti Rasulullah SAW dalam hidupnya.
Buku fadhilah amal ini dan kisah-kisah ini disusun agar dapat dibaca oleh semua kalangan, tidak hanya kalangan penuntut ilmu tetapi juga kalangan orang awam sekalipun. Dan jika berkeinginan bagaimana mengetahui kaifiyyahnya tentunya orang awam akan bertanya kepada para ustadz atau ulama yang dikenalnya dengan baik, tetapi dorongan itu tetap dapat dilakukan dengan baik pula oleh setiap kaum muslimin.
Bagaimana dengan Kitab Shohih Bukhari dan Muslim? Kitab Kitab Shohih Bukhari dan Muslim merupakan kitab hadist yang tidak hanya berhubungan dengan bagian-bagian fadhilah amal, tetapi mengandung bagian lainnya yang memerlukan penjelasan dengan baik. Sehingga perlu orang-orang tertentu yang dapat mengajarkannya kepada kaum muslimin, tidak semua orang dapat mengajarkannya, untuk bagian-bagian yang memerlukan penjelasan itu. Itu merupakan bahasan masyail yang memerlukan kepahaman secara khusus. Yang tentunya tidak asal berdasarkan apa yang tertulis saja. Disamping juga kitab ini bukan merupakan kitab kisah-kisah para Shahabat RA, meskipun ada sebagian-sebagiannya.
Dan mengajar kitab bukhari dan muslim ini karena merupakan kitab rujukan utama maka tentunya orang yang mengajarkannya kembali perlu mempunyai hubungan pengajaran sampai kepada penulis kitab itu sendiri. Maulana Ilyas ah sebagai penggagas usaha da’wah, ataupun juga Maulana Dzakaria Rah sebagai penulis kitab fadhilah-fadhilah amal, beliau ini belajar kitab hadist ini berhubungan dengan langsung dengan penulis dari kitab itu sendiri melalui guru-gurunya yang sampai ke penulis yang bersangkutan. Ini adalah perkara yang tidak mudah sembarangan dilakukan.
Dalam bahasan masyail ini meskipun kitabnya sama, bisa saja mempunyai pemahaman yang berbeda sesuai pengajarannya itu sendiri. Apalagi bagi orang yang membaca dan mempelajari kedua kitab itu tidak ada sangkut pautan pelajarannya tidak sampai ke kedua imam itu, maka bisa juga melakukan interpretasi-interpretasi yang berbeda dengan kedua imam itu atau ulama lainnya. Sehingga sebaiknya kedua kitab ini dibaca dan dipelajari melalui bimbingan dari seorang guru atau ustadz yang cukup baik asal-muasal belajarnya. Disamping sistematikanya juga memerlukan perhatian yang cukup baik dari orang yang membacanya.
Oleh karena itu, tidak heran jika dikemudian hari banyak ulama yang menyusun kitab-kitab hadits yang merupakan gambungan dari kitab-kitab hadist rujukan dengan pendekatan atau sistematika yang lebih mudah dan juga arah yang terfokus, misalkan kitab Riyadhush Sholihin, Bulughul Murom, Targhib Wat Tarhib, dsb. Kitab-kitab ini menggunakan sumber-sumber kitab hadist yang lebih awal, seperti kitab bukhari, muslim, tirmidzi, nasa’I dsb.
Bagaimana dengan kitab fadhilah amal itu sendiri. Pertama, kitab fadhilah amal ini disusun oleh ulama yang telah lama berkecimpung dalam pelajaran hadist, termasuk kitab hadist bukhari dan muslim, sehingga sudah dipertimbangkan perihal penjelasan dan sistematikanya sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai. Bahkan penulis sendiri menulis kitab syarh dari kitab Imam Bukhari. Kedua, kitab fadhilah amal ini sangat berhubungan dengan dorongan amal dan juga kisah-kisah para Shahabat dalam buku yang terdapat dalam bundel kitab itu. Sehingga tentunya akan lebih mendorong pada jiwa dan mudah dipahaminya. Dan setiap kaum muslimin dapat membacanya.
Apakah kedua kitab itu dipelajari? Tentu kedua kitab itu dipelajari, tetapi di madrasah-madrasah yang lebih tepat dan juga terdapat bimbingan yang baik dari ustadz-ustadz yang mempunyai kapasitasnya. Mudah-mudahan di waktu akan datang lebih banyak ulama ataupun ustadz yang dapat mengajar kedua kitab ini dengan lebih mudah, seperti di masjid-masjid kaum muslimin sendiri. Disamping memang sekarang telah ada kitab ringkasan untuk kedua kitab itu serta juga penjelasannya.
Tetapi proses belajar itu mempunyai peningkatan yang perlu diperhatikan, TIDAK MUNGKIN setiap kaum muslimin akan mempunyai kemampuan yang sama dalam memahami ini. Dan hal ini sudah sesuai dengan kaidah yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW sendiri, bahwa masyarakat yang diberikan pengajaran ini mempunyai tingkatan sendiri-sendiri. Dan hal ini terbukti di jaman Rasulullah SAW sendiri, para Shahabat RA mempunyai tingkatan yang berbeda-beda bahkan dalam kepahaman juga. Kita semua dapat mempelajari kisah-kisah terhadap tingkatan kepahaman ini. Salah satu kisah yang menarik adalah perihal seorang Shahabat RA memperhatikan benang ketika shaum di bulan ramadhan karena ingin melihat bagaimana berbuka di bulan Ramadhan sehingga terus memperhatikan kapan benang dengan warna yang berbeda.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;